Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan
tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan
tanaman
dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik
yang kaya
nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman
lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan
tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan
yang
dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu
memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit
dikembangbiakkan
secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai
beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya,
dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam
waktu yang
singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit
lebih
cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tahapan yang
dilakukan
dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
Media merupakan
faktor
penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang
digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media
yang
digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.
Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan
lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi,
baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur
jaringan
yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi
atau
botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan
cara
memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi adalah
pengambilan
eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang
sering
digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi
adalah
bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang
steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga
steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan
etanol
yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi
yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
Multiplikasi
adalah
kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media.
Kegiatan
ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang
menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah
ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang
steril
dengan suhu kamar.
Pengakaran
adalah fase
dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai
bahwa
proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan
akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur.
Eksplan
yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau
biru
(disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar
dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati
dan
bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi
bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil
kultur
jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.
Setelah
bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap
sungkup
dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan
pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk
mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat
beberapa
tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan,
antara
lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.
Bibit hasil kultur
jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang
baik,
bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas
dapat
dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan
tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas
kayunya
yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha
karena
akan memperoleh hasil yang lebih cepat. Selain itu, dengan adanya
pertumbuhan
tanaman yang lebih cepat maka lahan-lahan yang kosong dapat c
KEUNTUNGAN
PEMANFAATAN
KULTUR JARINGAN
¨ Pengadaan
bibit tidak tergantung musim
¨ Bibit
dapat diproduksi dalam jumlah banyak
dengan waktu yang
relatif
lebih cepat (dari
satu mata tunas yang
sudah
respon dalam 1
tahun dapat
dihasilkan minimal
10.000
planlet/bibit)
¨ Bibit
yang dihasilkan seragam
¨ Bibit
yang dihasilkan bebas penyakit (meng
gunakan organ
tertentu)
¨ Biaya
pengangkutan bibit relatif lebih murah
dan mudah
¨ Dalam proses
pembibitan bebas dari gang
guan hama, penyakit,
dan
deraan lingkungan
lainnya
KULTUR jaringan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untukmembuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh
menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim
diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.